Senin, 09 Desember 2002

Penjara Ala Nabi Yusuf

Anda pasti kenal perjalanan Nabi Yusuf, yang salah satu fragmen monumentalnya ketika Ia dipenjara. Tapi, ada apa sih di Penjara itu? justru penjara itulah madrasah yang melejitkan potensinya menjadi bendaharawan negara Mesir. Yusuf muda dipenjara bukan karena kriminal, tapi justru korban fitnah akibat Ia menolak ajakan mesum imraatul aziz atau permaisuri tuannya, Zulaikha. "Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku." Itulah kata Nabi Yusuf yang diabadikan dalam Qur'an surat Yusuf ayat 33.
Menurut Ibnu Taimiyah, penolakan Yusuf terhadap ajakan mesum imraatul aziz tersebut merupakan momentum kebangkitan dan kesuksesan. Syaikhul islam Ibnu Taimiyah berkata: "Kesabaran Nabi Yusuf as untuk tidak menuruti kemauan permaisuri tuannya lebih sempurna daripada kesabarannya ketika Ia dicampakkan oleh saudara-saudaranya dalam lubang sumur. Sebab, kesabarannya untuk menjauhi maksiat adalah sabar karena pilihannya. sebab, ia merupakan kemampuan untuk memerangi nafsu lebih-lebih dalam kondisi adanya berbagai faktor pendukung yang menguatkan baginya untuk meladeni keinginannya. Karena pada saat itu Ia adalah seorang pemuda, gelora mudanya untuk melakukan tentu sangat kuat. Sebab, dia adalah bujang belum memiliki wanita pendamping yang dapat menurunkan gejolak syahwatnya. Dia juga orang asing di tempat itu, dan biasanya orang asing tidak punya rasa malu untuk berbuat sesuatu di daerah perantauannya dari perbuatan yang biasanya dia merasa malu ketika ia berada di tengah teman-temannya, kenalannya atau keluarganya.Dia juga adalah seorang budak pada saat itu, dan tentu seorang budak kontrol dirinya tidak seperti orang yang merdeka, sementara wanita yang mengajaknya adalah cantik, mempunyai kedudukan yakni tuan puterinya. Demikian juga waktu itu tidak ada seorang pengawas, dan wanita itulah yang mengajaknya dengan keinginan yang kuat untuk berbuat. Di sisi lain dia juga mengancamnya dengan penjara dan menghinakannya. Nah, meskipun dengan sebab-sebab yang sedemikian itu, ia bersabar karena lebih memilih jalan dan mengedepankan pahala yang ada di sisi Allah. Bagaimana kesabaran seperti ini bisa dikatakan lebih kecil daripada kesabarannya ketika dicampakkan di dalam sumur yang tentu itu bukan atas dasar pilihannya tetapi kenyataan yang harus ia terima?"
Beginilah madrasah Nabi Yusuf yang menyejarah itu menghasilkan karya-karya besar dan monumental. Diantaranya adalah "Al Sarkashi" dipenjara dan mampu menulis kitab Mabsuth dalam 30 jilid. "Aq'ad bin Al Atsir" pernah dipenjara dan mampu menulis kitab Jami'ul Ushul wan Nihayah sebanyak 30 jilid. "Ibnu Taimiyyah" dapat mengarang 30 jilid kitab Majmu' Fatawa juga di dalam penjara. "Sayyid Qutub" menulis kitab Tafsir fi Zhilaalil Qur'an sebanyak 12 jilid saat di penjara. Beliau juga menulis kitab Ma'lim fith Thariq juga di penjara. "Hamka" menulis Tafsir Al Azhar juga ketika di penjara.
Bagi orang-orang besar penjara adalah Madrasah untuk berkarya luar biasa. Tapi, untuk berprestasi besar tentu harus dipenjara dulu. Mumpung masih segar segera ukir karya besar. Mumpung masih sempat tebarkan ilmu yang bermanfaat. Mumpung kaya banyaklah bersedekah. Mumpung sehat jangan menunda amal. Mumpung hidup bersinarlah jangan redup.
My lecturer said: "Yes, we can...!!!"